Jakarta , BeritaOke.online- Peluncuran aturan baru Kemendikbudristek yang tidak lagi mewajibkan mahasiswa untuk membuat skripsi sebagai syarat kelulusan menuai berbagai respon. Pasalnya, ada syarat tertentu untuk mahasiswa bisa lulus tanpa skripsi.
Pertama, mahasiswa S1 atau D4 tak wajib mengerjakan skripsi sebagai syarat kelulusan jika program studinya sudah menerapkan kurikulum berbasis proyek maupun bentuk lain yang sejenis.
Kedua, bagi mahasiswa yang belum menjalani kurikulum berbasis proyek, maka syarat lulus kuliahnya berupa tugas akhir. Namun, tugas akhir ini tidak harus dalam bentuk skripsi, melainkan bisa prototipe, proyek, atau pun lainnya. Tugas akhir ini pun dapat dikerjakan secara individu atau kelompok.
Bisa dikatakan, dengan aturan baru ini, masing-masing perguruan tinggi dapat menentukan standar capaian lulusan mereka.
Terkait hal ini, berbagai respon bermunculan, termasuk di antaranya dari mahasiswa-mahasiswi Universitas Gadjah Mada (UGM) dari berbagai jenjang semester.
Menurut Sonia Nuramalia, selaku mahasiswa S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM, aturan baru bukan hal yang terlalu menyenangkan dan mengagetkan. Sebab, tetap harus ada pertanggungjawaban akhir studi masing-masing.
"Setelah membaca dan ternyata tetap harus ada pertanggungjawaban akhir studi yang perlu dikumpulkan, hanya saja formatnya berbeda. Jadi aku gak terlalu senang ataupun kaget sih toh apapun bentuknya intinya kita tetap dituntut buat punya legacy saat kita lulus kan," ucapnya saat dihubungi detikEdu, pada Rabu (30/8/2023).
Layaknya sebuah perubahan dalam aturan, mahasiswi semester 5 tersebut mengatakan tetap ada kelebihan dan kekurangan jika skripsi tak wajib lagi.
Kelebihannya, bisa muncul inovasi-inovasi dari proyek sebagai pengganti skripsi. Sedangkan kekurangannya ada risiko menurunnya kualitas SDM berbasis riset.
"Bisa jadi ada risiko berkurangnya kualitas SDM dan riset nantinya apalagi sebenarnya skripsi kan juga jadi pertanggungjawaban selama studi, tapi kelebihannya juga mungkin bisa ada inovasi- inovasi baru yang lahir karena pengganti skripsi," ungkapnya.
Meski begitu, Sonia tetap berharap, dengan ada atau tidaknya skripsi, semoga ketika sudah diterapkan, bukan karena generasi muda semakin malas, tapi karena ingin generasi masa depan berinovasi lebih banyak.
"Bisa lebih fokus mengembangkan minat, lebih praktis, dan relevan," - Laras, mahasiswi D4 Teknologi Rekayasa Internet.
Salah satu yang mungkin diuntungkan dengan adanya aturan baru ini adalah mahasiswa yang kerap melakukan proyek studi. Hal ini terlihat dari respon Laras Setyowati, mahasiswi semester 3 dari Prodi D4 Teknologi Rekayasa Internet UGM.
Menurutnya, aturan baru tak wajib skripsi memberikan manfaat lebih banyak terhadap fleksibilitas mahasiswa dalam mengembangkan minat mereka.
"Seperti bentuk tugas akhir prototipe di prodi saya akan memberikan pengalaman belajar yang lebih praktis dan relevan di bidang kerja nantinya," kata Laras kepada detikEdu.
Meski begitu, ia mengatakan, aturan baru ini tetap bisa menimbulkan beberapa pertimbangan. Termasuk seperti apakah bentuk pengganti tersebut tetap memenuhi standar akademik yang tinggi seperti skripsi.
"Kalau relevansinya dengan mahasiswa bisa lebih fokus dengan proyek nyata. Mahasiswa lebih bisa mengembangkan keterampilan mereka di industri-industri saat ini," tutur perempuan yang masih berusia 19 tahun itu.
"Banyak cara lain yang memang dapat menunjukkan seberapa kompeten mahasiswa itu," - Fadhlan, mahasiswa S1 Prodi Manajemen.
Fadhlan Hasan, mahasiswa Semester 1 Prodi S1 Manajemen, secara tegas menyetujui tentang dihapusnya kewajiban skripsi sebagai tugas akhir lulus.
"Banyak cara lain yang memang dapat menunjukkan seberapa kompeten mahasiswa itu ditentukan. Bisa melalui proyek atau tugas lain dan itu bisa ditentukan oleh prodi masing-masing karena mereka yang lebih mengerti soal kemampuan serta kompetensi bidang mahasiswanya," ujarnya.
Apalagi, menurut Fadhlan, relevansi kebijakan ini jika diimplementasikan ke prodi manajemen mestinya cukup baik.
Karena, meskipun program studi S1 biasanya banyak materi yang dipelajari teori. Namun prodi manajemen banyak yang diaplikasikan ke lapangan. Tidak hanya bisa disebut atau laporkan di atas kertas saja.
"Dengan adanya proyek, apalagi proyek berkelompok justru itu sangat membantu temen-temen manajemen. Karena manajemen sedikit berbeda dengan prodi-prodi di FEB lain yang menekankan research. Di manajemen justru lebih butuh praktik kepemimpinan dan manajerial karena itu yang dibutuhkan di dunia kerja," paparnya.
Meski sangat setuju, namun sejauh ini Fadhlan belum mengetahui informasi penerapan aturan ini di prodi manajemen UGM. Ia mengatakan belum ada kejelasan pasti soal tugas akhir yang bentuknya tidak harus skripsi.
"Esensi dari skripsi sendiri belum tentu membantu proses mahasiswa di dunia karier," - Daninta, mahasiswa baru UGM prodi Ilmu Aktuaria.
Respon menarik ditunjukkan oleh mahasiswa baru UGM bernama Daninta Indiana. Alih-alih langsung setuju atau tidak setuju dengan aturan, ia justru mempertanyakan esensi skripsi terhadap dunia karier.
"Jujur kalo dari aku sendiri masih fifty-fifty ya karena kalo menurut aku esensi dari skripsi sendiri belum tentu membantu proses mahasiswa di dunia karier," ungkapnya.
Mahasiswi prodi S1 ilmu aktuaria itu menyebutkan juga bahwa skripsi tidak selalu beririsan dengan pekerjaan yang akan ditempuh mahasiswa-mahasiswa dari tiap program studi.
Ia juga memberi catatan, jika syarat kelulusan itu diserahkan ke universitas masing-masing bisa jadi bumerang buat mahasiswa, antara mempermudah proses kelulusan atau bahkan lebih rumit.
Meski begitu, Daninta mengakui belum terlalu paham buat teknis skripsi karena memang dirinya masih maba. Namun untuk sementara, ia pro dengan kebijakan baru Kemendikbud karena proyek yang dimaksud buat syarat kelulusan bisa lebih fleksibel dan aplikatif nantinya ketika masuk ke dunia kerja.
"Kelebihannya kita bisa lebih milih proyek-proyek yang sekiranya relevan sama jenis pekerjaan yang sudah jadi target kita ya, kayak magang dsb. Jadi kita lebih ngeliat contoh realnya kayak gimana kondisi lapangan kerja yang akan kita tempuh. Kalo kekurangannya ya itu tadi, karena aku sendiri belum tahu gambaran tugas akhir itu sendiri jadi bisa mempersulit proses kita buat lulus," pungkasnya.
Sumber : Detik.com