Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok hingga 6,12 persen pada akhir penutupan perdagangan sesi pertama, Selasa (18/3/2025) siang. IHSG anjlok membuat PT Bursa Efek Indonesia (BEI) sempat melakukan pembekuan perdagangan (trading halt) sementara.
Kondisi IHSG yang anjlok sehingga perdagangan saham dihentikan sementara mendapatkan sorotan dari berbagai media asing. Lalu, apa kata media asing soal IHSG Indonesia yang anjlok?
Sejumlah media asing menyoroti IHSG yang anjlok sehingga Bursa Efek Indonesia menghentikan perdagangan saham sementara pada Selasa siang. Media asing menyebut, terdapat banyak faktor yang menyebabkan angka IHSG anjlok drastis.
Penyebab IHSG anjlok termasuk kebijakan Presiden Prabowo Subianto, isu Menteri Keuangan Sri Mulyani akan mundur, serta pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Berikut isi pemberitaan sejumlah media asing terhadap anjloknya IHSG. Nikkei Asia: IHSG anjlok karena daya beli warga melemah Nikkei Asia memberitakan kondisi IHSG yang turun dalam artikel "Indonesia Stocks Drop More Than 7%; Trading Halted", Selasa. Media Jepang tersebut menyatakan, penghentian perdagangan saham akibat IHSG anjlok memicu kekhawatiran terhadap stabilitas ekonomi dan sentimen konsumen.
Situasi itu diduga terhadi karena para investor lokal dan internasional mundur akibat cemas terhadap situasi makroekonomi di negara dengan perekonomian terbesar se-Asia Tenggara.
Makroekonomi Indonesia terpuruk akibat penurunan daya beli warga dan pemberian diskon listrik yang menyebabkan tingkat inflasi lebih rendah daripada beberapa dekade terakhir. Selain itu, pelemahan nilai tukar rupiah menjadi 1,7 persen pada tahun ini menambah tekanan lebih lanjut di pasar saham.
Bloomberg: Indeks saham terburuk kedua di dunia Bloomberg menuliskan situasi IHSG turun dengan judul "Indonesian Stock Swoon Rattles Traders, Triggers Circuit Breaker", Selasa. Media yang berpusat di New York, AS ini mengungkapkan, penurunan IHSG pada Selasa kemarin merupakan penurunan tertajam sejak 2011.
Kondisi ini diyakini terjadi akibat investor asing resah mengetahui kebijakan relokasi anggaran Prabowo, serta mempertanyakan kemampuan Kementerian Keuangan mempertahankan disiplin fiskal akibat penerimaan pemerintah yang rendah.
Media itu pun mengabarkan, pasar saham Indonesia telah jatuh 12 persen sepanjang 2025. Indeks saham utama ini bahkan terburuk kedua di dunia setelah Thailand.
Investor luar negeri pun disebut telah menjual saham Indonesia senilai 1,6 miliar dollar AS (Rp 26,4 triliun) pada kuartal ini. Jumlah itu menghapus semua investasi yang masuk tahun lalu.
Business Times: Investor khawatir atas keberadaan Danantara dan UU TNI Business Times membahas penurunan IHSG dalam tulisan "Indonesian Stock Dive Triggers Trading Halt Amid Fears of Economy Stalling and Political Uncertainty", Selasa.
Media Singapura itu menyatakan, indeks saham Indonesia anjlok lebih tajam sejak pandemi 2020. Penurunan saham hingga lebih dari enam persen, bahkan mencapai titik terendah sejak September 2011.
Penurunan IHSG bertentangan dengan sentimen pasar yang umumnya positif di seluruh Asia akibat dorongan langkah-langkah stimulus dari China.
Media ini mengabarkan, indeks saham Indonesia anjlok salah satunya akibat pendirian Danantara. Banyak investor disebut khawarit terhadap Danantara yang mengontrol perusahaan negara dengan aset besar.
Keputusan pemerintah Indonesia yang akan merevisi UU TNI sehingga berpotensi mengizinkan prajurit berperan di lembaga sipil, disebut juga meresahkan investor.
Nilai tukar rupiah pun disorot karena merosot paling tajam se-Asia sebesar Rp 16.472 per dollar AS. Rupiah bahkan disebut menjadi salah satu mata uang terburuk di Asia pada 2025. Jika dibiarkan, nilai tukar rupiah akan mencapai 17.000 terhadap dollar AS pada akhir tahun.
The Edge: IKN buat investor khawatir The Edge melaporkan situasi IHSG yang anjlok melalui artikel "Indonesian Stocks Plunge 7% as Growth, Fiscal Worries Weigh", Selasa.
Media asal Malaysia ini menyatakan, pembentukan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan untuk menggantikan Jakarta menyebabkan investor khawatir dan berefek ke penurunan saham.
Rencana belanja ambisius Prabowo, serta penurunan pendapatan pemerintah hampir 30 persen pada Januari lalu, juga menimbulkan pertanyaan tentang keberlanjutan fiskal dan potensi peningkatan pinjaman.
Investor juga khawatir terhadap isu Sri Mulyani yang berpotensi melepaskan perannya sebagai Menteri Keuangan. Meski isu itu telah dibantah, tapi para investor tetap tidak tenang.
Penurunan saham Indonesia dikabarkan terjadi saat kondisi negara Asia lain menguat karena stimulus China. Indeks saham di India dan Singapura bahkan naik.
Dala Street Investment Journal: Makan Bergizi Gratis menekan anggaran Dala Street Investment Journal merilis artikel "Indonesia’s Stock Market Crashes 7 per cent – What’s Behind the Biggest Drop in a Decade?" pada Selasa.
Media India ini menyoroti investasi terguncang akibat penurunan konsumsi rumah tangga dan keyakinan konsumen kelas menengah. Ini karena kesempatan kerja melemah, perlambatan manufaktur, serta impor berbiaya rendah dari China yang membanjiri pasar dalam negeri.
Program ambisius Makan Bergizi Gratis (MBG) juga disebut menekan sumber daya fiskal negara. Pengeluaran MBG menyebabkan defisit anggaran pada awal tahun. Penghematan yang dilakukan akibat program itu pun berdampak pada infrastruktur dan sektor lainnya.
Media tersebut menekankan, pasar kini masih menanti keputusan Bank Indonesia untuk mengintervensi situasi agar mata uang rupiah stabil dan kepercayaan investor pulih.
Sumber: Kompas.com