Jakarta,Penamedan.info
Lini masa media sosial Thread ramai membahas penyebab perserikatan dagang Belanda di Indonesia, Verrningde Oost Indiscshe Compagnie (VOC) bangkrut pada 1799.
Warganet berasumsi, penyebab VOC bangkrut karena merekrut pekerja lokal dari Indonesia yang memiliki mental korup. "Jadi curiga VOC dulu bangkrut gara2 rekrut orang lokal yang punya mental korup," tulis akun @_ba************ pada (27/2/2025).
Asumsi itu muncul lantaran praktik korupsi di Indonesia yang tak ada habisnya. Apalagi, belakangan terbongkar beberapa kasus korupsi dengan kerugian negara mencapai ratusan triliun rupiah. Lantas, pekerja lokal Indonesia yang korup jadi penyebab VOC bangkrut
Sejarawan ungkap penyebab VOC bangkrut Sejarawan Hendaru Tri Hanggoro meluruskan asumsi yang menyatakan bahwa pekerja Indonesia jadi penyebab VOC bangkrut.
Menurutnya, kebangkrutan VOC disebabkan oleh pegawai pada jabatan tinggi dan rendah yang melakukan korupsi.
"Bukan pekerja lokal yang bermental korup, tapi pegawai tinggi VOC yang punya korupsi," kata dia saat dikonfirmasi Kompas.com, Senin (24/3/2025).
Hendaru menjelaskan, praktik korupsi di jajaran petinggi VOC terjadi ketika perserikatan dagang tersebut mengalami keuntungan yang melimpah, yakni sekitar pertengahan abad ke-18 atau 1750-an.
Kala itu, pejabat tinggi VOC melakukan korupsi dengan memanfaatkan posisinya untuk keuntungan bisnis pribadi melalui perdagangan gelap. Praktik tersebut juga dilakukan oleh jajaran gubernur yang merupakan orang Belanda.
"Jadi, mereka pakai sumber daya VOC, seperti kantor, gudang, kapal, dan sebagainya untuk melakukan perdagangan pribadi," ungkap Hendaru.
Tak hanya di tingkat jabatan tinggi, pegawai rendah yang bekerja di VOC juga melakukan praktik korupsi karena menerima gaji yang terlalu kecil. Adapun pegawai rendah di VOC adalah pencatat gudang, pengumpul pajak atau penyerahan wajib, dan pekerja kasar lainnya. Pekerjaan ini diisi oleh golongan yang tidak membutuhkan banyak keahlian yang mayoritas berasal dari Eropa.
"Itu biasanya diisi oleh orang-orang Eropa yang pendidikannya kurang dan di negaranya sendiri enggak punya masa depan. Ada yang dari Jerman, Belanda, Perancis, dan sebagainya," kata Hendaru. Dia juga menyampaikan, direktur VOC di Belanda saat itu sudah mengetahui praktik korupsi yang dilakukan pegawainya.
"Tapi mereka (direktur VOC) juga tahu pegawainya bisa memanfaatkan posisinya sebagai pegawai VOC untuk berbagai hal. Makanya praktik korupsi ini jadi lumrah," ungkap Hendaru. Ini Asal-usulnya
Jejak korupsi di Indonesia
Menurut Hendaru, jejak korupsi di Indonesia sudah ada sebelum zaman kolonial, yaitu pada masa kerajaan-kerajaan di Nusantara. Para penduduk kala itu wajib membayar pajak yang besarannya sudah digelembungkan oleh pejabat lokal.
Dikutip dari Kompas.com (28/1/2015), catatan prasasti pada awal abad ke-9 pada 741 Caka atau 819 Masehi dalam buku Peradaban Jawa karya Supratikno Raharjo menyatakan, kelompok petugas pajak saat itu disebut sebagai mangilala drwya haji. Sejarawan Onghokham dalam buku Dari Soal Priyayi Sampai Nyi Blorong juga mengungkap, petani sering menjadi sasaran penyelewengan para mangilala drwya haji.
Praktik korupsi besar-besaran juga terjadi pada masa tanam paksa saat kolonial Belanda menguasai Tanah Air. Saat itu, disebutkan bahwa petani hanya mendapat 20 persen dari hasil panen dan diduga hanya 20 persen yang dibawa ke Kerajaan Belanda. Selebihnya, yaitu 60 persen hasil bumi Nusantara diambil oleh pejabat lokal dari desa hingga kabupaten.
Penyebab VOC bangkrut
mengalami kebangkrutan akibat praktik korupsi dan nepotisme, sehingga menyebabkan pembengkakan utang. Perusahaan kongsi dagang ini dinyatakan bubar pada 1799.
Dikutip dari jurnal penelitian berjudul "Masa Pemerintahan VOC di Nusantara: Awal Kedatangan hingga Penyebab Bubarnya VOC" (2024), berikut ini faktor-faktor yang menyebabkan VOC bangkrut:
1. Pejabat yang korup
Penyebab runtuhnya VOC adalah praktik korupsi di kalangan pejabat perusahaan. Tak hanya korupsi, pegawai VOC juga melakukan praktik kolusi dan nepotisme.
Praktik tersebut dilakukan oleh para pegawai VOC di Asia Tenggara mulai dari pejabat rendah hingga tertinggi, termasuk para residen. Konflik eksternal seperti persaingan dagang dengan pihak lain dan perlawanan dari penguasa lokal juga menyebabkan stabilitas VOC goyah.
2. Perang dan konflik dengan pemerintah kerajaan Belanda
Praktik korupsi dan lemahnya pengawasan administrasi memicu konflik antara VOC dengan pemerintah kerajaan Belanda. Di sisi lain, VOC juga terlibat berbagai perang dan konflik di Asia dan Eropa yang menguras sumber daya keuangan perusahaan.
Peperangan melawan Inggris, Perancis, dan kerajaan-kerajaan lokal di Asia menyebabkan VOC kehilangan monopoli dan pendapatan.
3. Beban utang yang tinggi
Guna membiayai peperangan yang mahal, VOC mulai mengambil utang dalam jumlah besar. Pada akhir abad ke-18, utang membengkak dan tidak tertangani.
Akibatnya, beban bunga yang besar dari ketidakmampuan perusahaan untuk membayar utang tersebut menyebabkan VOC bangkrut.
Di sisi lain, Belanda memutuskan untuk mengakhiri kontrak VOC yang jatuh tempo pada 31 Desember 1799 karena perusahaan itu tidak mampu membayar utangnya. Bahkan, setelah dibubarkan, utang VOC masih berjumlah 134 juga gulden yang kemudian diambil alih oleh pemerintah kerajaan Belanda.
Sumber: Kompas.com