Workshop Guru SD Gmit 2 Soe Fokuskan Kegiatan P5 pada Proses Pembelajaran

 

Timor Tengah Selatan.Penamedan.info


SD Gmit 2 Soe  menggelar workshop peningkatan kompetensi guru dalam pembelajaran Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) selama dua hari, dengan menghadirkan pengawas sekolah, Alexsander Lakapu, sebagai narasumber. Workshop ini bertujuan membekali guru dalam mengimplementasikan P5 secara lebih efektif, dengan menitikberatkan pada proses pembelajaran, bukan sekadar hasil akhir.


Lakapu menekankan bahwa penerapan P5 harus berorientasi pada nilai-nilai Pancasila yang melekat dalam keseharian siswa. Salah satu dimensi utama yang dikembangkan adalah gotong royong, yang dapat diintegrasikan dalam proyek berbasis lingkungan, seperti pengolahan sampah.


"Dalam proyek pengolahan sampah, yang lebih penting bukan hanya hasil akhirnya, tetapi bagaimana siswa bekerja sama, saling peduli, dan memahami nilai gotong royong," ujar Lakapu dalam sesi pemaparannya.


P5 merupakan inisiatif pendidikan yang dirancang untuk membentuk pelajar yang memiliki karakter kuat berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Program ini menekankan enam dimensi utama, yaitu beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkebinekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, serta kreatif.


Di SD Gmit 2 Soe , penerapan P5 masih menghadapi berbagai tantangan, terutama dalam aspek metode pengajaran. Banyak guru yang selama ini lebih fokus pada produk akhir ketimbang proses pembelajaran. Melalui workshop ini, guru dibekali pemahaman tentang bagaimana mengembangkan elemen-elemen P5 dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari.


"Kami ingin memastikan bahwa guru tidak hanya menilai hasil akhir dari proyek, tetapi juga melihat apakah siswa sudah menunjukkan kerja sama, kepedulian, dan keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran," kata Lakapu.


Workshop ini juga membahas instrumen asesmen yang bisa digunakan untuk mengukur perkembangan karakter siswa selama proses P5 berlangsung. Dengan asesmen formatif, guru dapat memantau sejauh mana siswa menginternalisasi nilai-nilai yang diajarkan.


Sebagai contoh konkret, proyek pengolahan sampah menjadi fokus utama dalam implementasi P5 di SD Gmit 2 Soe . Proyek ini tidak hanya bertujuan untuk mengurangi sampah di lingkungan sekolah, tetapi juga membangun kesadaran siswa akan pentingnya kebersihan dan tanggung jawab sosial.


"Dalam dimensi gotong royong, ada unsur kerja sama dan kepedulian. Jika siswa hanya mengumpulkan sampah tanpa memahami maknanya, maka esensi dari P5 tidak tercapai," jelas Lakapu.


Guru diharapkan mampu membimbing siswa untuk memahami bahwa gotong royong bukan sekadar bekerja bersama, tetapi juga mencakup sikap empati, berbagi tanggung jawab, dan membangun kesadaran sosial.


Sejumlah guru yang mengikuti workshop mengaku mendapat wawasan baru dalam menerapkan P5 di kelas. Mereka menyadari pentingnya membangun suasana belajar yang tidak hanya berbasis akademik, tetapi juga karakter.


"Dulu kami lebih fokus pada produk akhirnya. Sekarang kami paham bahwa yang lebih penting adalah bagaimana prosesnya berjalan," ujar salah satu peserta workshop.


Workshop ini merupakan bagian dari upaya SD Gmit 2 Soe  untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan membentuk siswa yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki karakter yang kuat.


Dengan semakin banyak guru yang memahami konsep P5 dan cara mengimplementasikannya secara efektif, diharapkan pendidikan karakter berbasis Pancasila dapat semakin terintegrasi dalam kurikulum sekolah.


"Kami ingin memastikan bahwa setiap siswa tidak hanya mendapatkan ilmu, tetapi juga memiliki karakter yang kuat sesuai dengan nilai-nilai Pancasila," tutup Lakapu.


Workshop ini menjadi langkah awal untuk membangun sistem pendidikan yang lebih holistik, di mana guru tidak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga sebagai fasilitator dalam membentuk karakter siswa


Sumber: Penakita.info

Lebih baru Lebih lama

Tag Terpopuler

نموذج الاتصال